Akhirnya.... bisa meluangkan waktu lagi buat posting. hehe.. tapi lebih tepatnya si ada bahan yang mau diposting. hem... ^_^
Langsung saja lah ya.. intinya aku mau nayangin cerita baru ku.. hem aku berharap bisa end. amin
DIARY'S LUNA
Langsung saja lah ya.. intinya aku mau nayangin cerita baru ku.. hem aku berharap bisa end. amin
DIARY'S LUNA
Aku sadar, tak
semua masalah itu menyakitkan. Aku merasakan itu, masalahku hampir membuatku
hilang akal, namun saat ku menjalinya banyak hal yang ku temukan. Cinta,
persahabatan dan kasih sayang akhirnya bisa ku rasakan… aku sungguh teramat
senang. Bahkan pedih dari semua masalahku ini tak ku rasakan lagi….
“Luna…” panggil seorang wanita paruh baya. Dia
datang dengan senyum yang lebar. Wajahnya tampak fresh dari sebelumnya. Dia
langsung menghampiri Luna yang sedang duduk dikursi rodanya.
Luna terperanjat dari menulisnya. Dia segera menutup
buku diarynya.
“Mama…” panggil luna ke wanita paruh baya itu.
dengan lemah lembut wanita yang dipanggil mama itu memeluk Luna dengan penuh
kasih sayang.
“Mama habis dari salon ya, mama terlihat fresh dan
wangiiiiii…” Kata Luna sambil tersenyum.
“Mama minta maaf… disaat seperti ini mama malah
kesalon. Sebenarnya mama gak mau tapi Deni memaksa mama kesalon…” kata mama
Luna dengan nada sebal.
“Jangan salahkan Deni mah.. aku yang memintanya. Aku jenuh liat
mama ku kumal dari kemarin.. he.. makanya ku suruh Deni mengantar mama kesalon.
Sekarang aku bisa lihat mamaku yang cantik dan menawan.. hee….” Luna tertawa,
namun tak bisa lepas. Kata-kata nya pelan seperti tak bertenaga lagi untuk
bicara. Pandangannya juga lesu, tak seperti dahulu yang bersinar dan
menggebu-gebu.
“Terimakasih nak..” Mama Luna langsung memeluk Luna dan
mencium pipinya penuh sayang.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan, bukankah kamu
selalu bilang kalau kamu jenuh di ruangan ingin.”
“Jalan-jalan ketaman ya mah…” Luna terlihat
semangat.
“Ya… taman punya rumah sakit ini..he…” kata Mama
Luna sambil tersenyum.
“Yah…” Luna terlihat kecewa. “Tapi gak apa-apa deh
dari pada di ruangan ini terus… sumpek.!”
“Ayo..” mama Luna mendorong kursi roda dengan pelan.
Mama Luna terlihat sedih ketika dia mendorong anak
semata wayangnya dengan kursi roda. Tak pernah terbayang dalam benaknya anaknya
akan memikul penyakit yang mematikan. Bahkan dulu tak pernah terlintas dalam
pikirannya, bagaimana keadaan anaknya, sedang apa dia, sudah makankah dia, atau
adakah teman yang mengganggunya atau yang dia sukai. Dia merasa gagal sebagai
seorang ibu. Tanpa sadar air matanya jatuh membasahi pelupuk matanya. Dia
mengusapnya, dan tersenyum kembali. Dia tak ingin terlihat sedih didepan
anaknya. Dia tak ingin anaknya juga ikut sedih.
Luna sudah banyak mengalami banyak penderitaan yang
ia pikul sendiri. Dia juga tak mau anaknya bertambah sedih melihat anaknya
menyaksikan orang-orang yang dia sayangi bersedih melihat keadaannya sekarang.
Tak berdaya, dan tak mampu berdiri. Rambutnya yang dulu indah pun sekarang
telah rontok hingga tak bersisa. Cemo yang ia jalani membuat dia harus
kehilangan rambut yang bagi wanita adalah mahkota. Dan sekarang dia melepas
mahkota itu. walaupun begitu, Luna masih menjalinya dengan senyum.
“Kita sudah sampai..” Kata mama Luna dengan suara
riang.
Rumah sakit ini mungkin sudah berpengalaman, Rumah
sakit ini membuat taman yang indah. Ditengan taman juga terdapat kolam. Juga
ada tempat duduk dibahwah pohon. Jadi bisa melepas semua kejenuhan.
“Kita duduk disini saja ya…..”
“Iya mah…”
Luna menerawang keatas, melihat langit-langit yang
biru.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Tanya mama Luna.
“Hmmmm….” Luna terlihat bingung. “Aku sendiri juga
tidak tahu..”
“Kalau mama sedang berfikir, mama, papa dan kamu
pergi piknik bersama. Mama memasak makanan yang enak untuk bekal piknik kita.
Lalu setelah makan kita bermain basket. Kamu suka basket kan? Kamu dan papa
bermain basket dengan riang. Lalu mama dari jauh akan menyemangati papa dan
kamu. Sesekali mama akan berteriak ‘ayo
papa rebut bolanya!!!’ dan sesekali mama juga akan berteriak ‘Luna jangan biarkan papa mengambil
bolanya!’ he..” mama Luna berhenti. Air matanya jatuh. Luna memandangi
mamahnya. Diam tak berkutik. “Mungkin mama plinplan. Sudah mendukung papa, tapi
juga mendukung kamu. Hehehe..” lanjut mama Luna sambil tertawa. Namun dia juga
menangis. Dia mengusap air matanya berkali-kali sampai benar-benar air mata
yang membasahi pipinya terusap semua. Namun semakin mama Luna mengusap, air
matanya malah semakin kian tak terbendung hingga ia benar-benar menangis.
“Mah…”
“Maafkan mama sayang…..” mama Luna memeluk Luna yang
ada dihadapannya. “Mama minta maaf karena gagal menjadi seorang mama yang baik
untuk kamu. Mama menyesal…. Kenapa mama dulu harus terobsesi pada pekerjaan
mama, hingga mama menyia-nyiakan kamu. Mama sungguh menyesal… Mama minta maaf…”
“Sudah mah aku gak apa-apa koq. Mama jangan bersedih
kaya gitu, nanti aku tambah semakin sakit. He..” kata Luna sambail tertawa.
Mama Luna melepas pelukan Luna dan memandangi nya
dengan penuh sayang. Lalu dia duduk kembali. Luna berusaha bangun dari kursi
rodanya namun dia tak kuat menompang tubuhnya.
“Apa yang sedang kamu lakukan sayang..” mama Luna
terlihat kawatir melihat tingkah anaknya.
“Aku mau duduk disamping mama”
Mama Luna terlihat bimbang namun wajah Luna terlihat
memelas. Dia jadi tak tega untuk menolak keinginan anaknya. Lalu mama Luna pun
membantu Luna untuk bisa duduk disamping mamanya.
Mereka berdua duduk bersama. Luna memeluk lengan
mamanya dan menyenderkan kepalanya di bahu mamanya.
“Tadi mama Tanya apa yang sedang Luna pikirkan. Dan
Luna gak tau apa yang sedang Luna pikirkan. Tapi… saat ini Luna merasa sangat
teramat bahagia. Minggu-minggu ini, Luna merasakan aura kebahagiaan yang belum
pernah Luna jumpai. Hehe….”
Mama Luna tmemandang anaknya yang ada disampingnya.
Ya.. mungkin memang benar, walaupun penyakit kanker otak yang sudah setadium
akhir, tak terlihat wajah Luna yang murung dan kesakitan. Justru dia terlihat
senang. Walaupun kondisi fisiknya telah
menurun drastic.
“Mama tau kenapa?”
“Kenapa?”
“Karena banyak orang disamping Luna yang selalu ada
untuk Luna. Walaupun dulu Luna tak pernah merasakan kasih sayang mama sama
papa, namun sekarang Luna bisa merasakannya. Dan bener kata temen-temen Luna,
kasih sayang orang tua sangat hangat dan nyaman. Jadi mama tak perlu bersalah.
Mama gak gagal koq jadi sorang mama yang baik. Justru mama adalah mama terbaik
ku. Aku sangat berterimakasih, mama telah melahirkanku. Aku juga sangat
berterimakasih atas cinta mama yang diberikan pada ku. Hehe..” kata Luna sambil
tertawa.
“Sama-sama sayang….” Kata mama Luna. Sekarang air
mata yang jatuh dari pelupuk mata mama Luna bukan lagi kesedihan tapi
kebahagiaan.
“Ah…” Luna menyergit, dan memegang kepalanya.
“Kamu kenapa sayang. Apa kepalamu sakit lagi??” mama
Luna terlihat khawatir.
Luna menggeleng. “Gak koq mah. Hanya saja Luna
lelah. Luna ingin tidur”
“Kalau gitu kita ke kamar saja. Ayo..” mama Luna
hendak berdiri tapi Luna menarik lengan mamanya hingga mamanya tidak jadi
berdiri.
“Kenapa, katanya kamu cape, pengen tidur…” Tanya
mamanya.
“Iya. Tapi aku ingin tidur dipundak mama. Yah mah…”
pinta Luna dengan wajah memelas.
“Nanti kalau kamu tambah sakit gimana?! Kita ke
kamar saja!!”
“Mah…..” Luna terlihat sangat memelas. “Mah..
please..!!”
Mamah Luna tak tau mau bicara apa lagi untuk
membujuk anaknya kalau sudah melihatnya seperti ini dia menjadi tak kuasa untuk
menolaknya.
“Baiklah…”
“yeee…” Luna terlihat sangat senang.
Luna tertidur sangat pulas dipundak mamahnya.
Mamahnya hanya diam sambil memegang tangan Luna yang melingkar di lengan yang
satunya lagi.
10 menit
20 menit
30 menit
60 menit
“Luna….” Mamah Luna mencoba membangunkan Luna.
“Lebih baik kita kekamar saja. Sudah 1 jam kita disini… ayo bangun Lun….” Mamah
Luna melepas tangan Luna yang melingkari lengan mamah Luna berharap Luna
terbangun dari tidurnya. Namun yang terjadi Luna terjatuh setelah tangan Luna
dilepas.
“Lun…!!”
To be Continuous.........
0 komentar:
Posting Komentar