Kamis, 19 April 2012

Diary's Luna episode 1

Akhirnya.... bisa meluangkan waktu lagi buat posting. hehe.. tapi lebih tepatnya si ada bahan yang mau diposting. hem... ^_^
Langsung saja lah ya.. intinya aku mau nayangin cerita baru ku.. hem aku berharap bisa end. amin



DIARY'S LUNA



Aku sadar, tak semua masalah itu menyakitkan. Aku merasakan itu, masalahku hampir membuatku hilang akal, namun saat ku menjalinya banyak hal yang ku temukan. Cinta, persahabatan dan kasih sayang akhirnya bisa ku rasakan… aku sungguh teramat senang. Bahkan pedih dari semua masalahku ini tak ku rasakan lagi….

“Luna…” panggil seorang wanita paruh baya. Dia datang dengan senyum yang lebar. Wajahnya tampak fresh dari sebelumnya. Dia langsung menghampiri Luna yang sedang duduk dikursi rodanya.
Luna terperanjat dari menulisnya. Dia segera menutup buku diarynya.
“Mama…” panggil luna ke wanita paruh baya itu. dengan lemah lembut wanita yang dipanggil mama itu memeluk Luna dengan penuh kasih sayang.
“Mama habis dari salon ya, mama terlihat fresh dan wangiiiiii…” Kata Luna sambil tersenyum.
“Mama minta maaf… disaat seperti ini mama malah kesalon. Sebenarnya mama gak mau tapi Deni memaksa mama kesalon…” kata mama Luna dengan nada sebal.
“Jangan salahkan Deni  mah.. aku yang memintanya. Aku jenuh liat mama ku kumal dari kemarin.. he.. makanya ku suruh Deni mengantar mama kesalon. Sekarang aku bisa lihat mamaku yang cantik dan menawan.. hee….” Luna tertawa, namun tak bisa lepas. Kata-kata nya pelan seperti tak bertenaga lagi untuk bicara. Pandangannya juga lesu, tak seperti dahulu yang bersinar dan menggebu-gebu.
“Terimakasih nak..” Mama Luna langsung memeluk Luna dan mencium pipinya penuh sayang.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan, bukankah kamu selalu bilang kalau kamu jenuh di ruangan ingin.”
“Jalan-jalan ketaman ya mah…” Luna terlihat semangat.
“Ya… taman punya rumah sakit ini..he…” kata Mama Luna sambil tersenyum.
“Yah…” Luna terlihat kecewa. “Tapi gak apa-apa deh dari pada di ruangan ini terus… sumpek.!”
“Ayo..” mama Luna mendorong kursi roda dengan pelan.
Mama Luna terlihat sedih ketika dia mendorong anak semata wayangnya dengan kursi roda. Tak pernah terbayang dalam benaknya anaknya akan memikul penyakit yang mematikan. Bahkan dulu tak pernah terlintas dalam pikirannya, bagaimana keadaan anaknya, sedang apa dia, sudah makankah dia, atau adakah teman yang mengganggunya atau yang dia sukai. Dia merasa gagal sebagai seorang ibu. Tanpa sadar air matanya jatuh membasahi pelupuk matanya. Dia mengusapnya, dan tersenyum kembali. Dia tak ingin terlihat sedih didepan anaknya. Dia tak ingin anaknya juga ikut sedih.
Luna sudah banyak mengalami banyak penderitaan yang ia pikul sendiri. Dia juga tak mau anaknya bertambah sedih melihat anaknya menyaksikan orang-orang yang dia sayangi bersedih melihat keadaannya sekarang. Tak berdaya, dan tak mampu berdiri. Rambutnya yang dulu indah pun sekarang telah rontok hingga tak bersisa. Cemo yang ia jalani membuat dia harus kehilangan rambut yang bagi wanita adalah mahkota. Dan sekarang dia melepas mahkota itu. walaupun begitu, Luna masih menjalinya dengan senyum.
“Kita sudah sampai..” Kata mama Luna dengan suara riang.
Rumah sakit ini mungkin sudah berpengalaman, Rumah sakit ini membuat taman yang indah. Ditengan taman juga terdapat kolam. Juga ada tempat duduk dibahwah pohon. Jadi bisa melepas semua kejenuhan.
“Kita duduk disini saja ya…..”
“Iya mah…”
Luna menerawang keatas, melihat langit-langit yang biru.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Tanya mama Luna.
“Hmmmm….” Luna terlihat bingung. “Aku sendiri juga tidak tahu..”
“Kalau mama sedang berfikir, mama, papa dan kamu pergi piknik bersama. Mama memasak makanan yang enak untuk bekal piknik kita. Lalu setelah makan kita bermain basket. Kamu suka basket kan? Kamu dan papa bermain basket dengan riang. Lalu mama dari jauh akan menyemangati papa dan kamu. Sesekali mama akan berteriak ‘ayo papa rebut bolanya!!!’ dan sesekali mama juga akan berteriak ‘Luna jangan biarkan papa mengambil bolanya!’ he..” mama Luna berhenti. Air matanya jatuh. Luna memandangi mamahnya. Diam tak berkutik. “Mungkin mama plinplan. Sudah mendukung papa, tapi juga mendukung kamu. Hehehe..” lanjut mama Luna sambil tertawa. Namun dia juga menangis. Dia mengusap air matanya berkali-kali sampai benar-benar air mata yang membasahi pipinya terusap semua. Namun semakin mama Luna mengusap, air matanya malah semakin kian tak terbendung hingga ia benar-benar menangis.
“Mah…”
“Maafkan mama sayang…..” mama Luna memeluk Luna yang ada dihadapannya. “Mama minta maaf karena gagal menjadi seorang mama yang baik untuk kamu. Mama menyesal…. Kenapa mama dulu harus terobsesi pada pekerjaan mama, hingga mama menyia-nyiakan kamu. Mama sungguh menyesal… Mama minta maaf…”
“Sudah mah aku gak apa-apa koq. Mama jangan bersedih kaya gitu, nanti aku tambah semakin sakit. He..” kata Luna sambail tertawa.
Mama Luna melepas pelukan Luna dan memandangi nya dengan penuh sayang. Lalu dia duduk kembali. Luna berusaha bangun dari kursi rodanya namun dia tak kuat menompang tubuhnya.
“Apa yang sedang kamu lakukan sayang..” mama Luna terlihat kawatir melihat tingkah anaknya.
“Aku mau duduk disamping mama”
Mama Luna terlihat bimbang namun wajah Luna terlihat memelas. Dia jadi tak tega untuk menolak keinginan anaknya. Lalu mama Luna pun membantu Luna untuk bisa duduk disamping mamanya.
Mereka berdua duduk bersama. Luna memeluk lengan mamanya dan menyenderkan kepalanya di bahu mamanya.
“Tadi mama Tanya apa yang sedang Luna pikirkan. Dan Luna gak tau apa yang sedang Luna pikirkan. Tapi… saat ini Luna merasa sangat teramat bahagia. Minggu-minggu ini, Luna merasakan aura kebahagiaan yang belum pernah Luna jumpai. Hehe….”
Mama Luna tmemandang anaknya yang ada disampingnya. Ya.. mungkin memang benar, walaupun penyakit kanker otak yang sudah setadium akhir, tak terlihat wajah Luna yang murung dan kesakitan. Justru dia terlihat senang. Walaupun  kondisi fisiknya telah menurun drastic.
“Mama tau kenapa?”
“Kenapa?”
“Karena banyak orang disamping Luna yang selalu ada untuk Luna. Walaupun dulu Luna tak pernah merasakan kasih sayang mama sama papa, namun sekarang Luna bisa merasakannya. Dan bener kata temen-temen Luna, kasih sayang orang tua sangat hangat dan nyaman. Jadi mama tak perlu bersalah. Mama gak gagal koq jadi sorang mama yang baik. Justru mama adalah mama terbaik ku. Aku sangat berterimakasih, mama telah melahirkanku. Aku juga sangat berterimakasih atas cinta mama yang diberikan pada ku. Hehe..” kata Luna sambil tertawa.
“Sama-sama sayang….” Kata mama Luna. Sekarang air mata yang jatuh dari pelupuk mata mama Luna bukan lagi kesedihan tapi kebahagiaan.
“Ah…” Luna menyergit, dan memegang kepalanya.
“Kamu kenapa sayang. Apa kepalamu sakit lagi??” mama Luna terlihat khawatir.
Luna menggeleng. “Gak koq mah. Hanya saja Luna lelah. Luna ingin tidur”
“Kalau gitu kita ke kamar saja. Ayo..” mama Luna hendak berdiri tapi Luna menarik lengan mamanya hingga mamanya tidak jadi berdiri.
“Kenapa, katanya kamu cape, pengen tidur…” Tanya mamanya.
“Iya. Tapi aku ingin tidur dipundak mama. Yah mah…” pinta Luna dengan wajah memelas.
“Nanti kalau kamu tambah sakit gimana?! Kita ke kamar saja!!”
“Mah…..” Luna terlihat sangat memelas. “Mah.. please..!!”
Mamah Luna tak tau mau bicara apa lagi untuk membujuk anaknya kalau sudah melihatnya seperti ini dia menjadi tak kuasa untuk menolaknya.
“Baiklah…”
“yeee…” Luna terlihat sangat senang.
Luna tertidur sangat pulas dipundak mamahnya. Mamahnya hanya diam sambil memegang tangan Luna yang melingkar di lengan yang satunya lagi.
10 menit
20 menit
30 menit
60 menit
“Luna….” Mamah Luna mencoba membangunkan Luna. “Lebih baik kita kekamar saja. Sudah 1 jam kita disini… ayo bangun Lun….” Mamah Luna melepas tangan Luna yang melingkari lengan mamah Luna berharap Luna terbangun dari tidurnya. Namun yang terjadi Luna terjatuh setelah tangan Luna dilepas.
“Lun…!!”  

To be Continuous.........


0 komentar:

Posting Komentar

Ads 468x60px

Featured Posts Coolbthemes

© Everything....., AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena