Sabtu, 05 Mei 2012

Fantasy World chapter 2


Part sebelumnya…
Leeteuk sadar dia sedang dipandangi Yesung dengan ekspresi menyeramkan. Leeteuk langsung berhenti tertawa dan makan. Suasananya pun kembali hening. Hanya terdengar mulut yang mengunyah makanan dan dentingan sendok dengan mankok tersebut.


Chapter 2
Di kantor Leeteuk
Sudah 3 jam lebih Leeteuk duduk dan bergulat dengan buku dan pensilnya. Tapi buku itu masih putih, dan pensil itu hanya digerak-gerakkan oleh sang pemilik. Leeteuk mengacak-acak rambutnya, mukanya terlihat frustasi.
“Belum punya ide?” Tanya seorang namja bertubuh besar karena kelebihan kalori di beberapa bagian tubuhnya. Namja itu berdiri disamping Leeteuk, tangannya menggenggam secakngkir kopi, dan matanya melirik kearah buku yang dipandangi Leeteuk.
“Hm…” jawab Leeteuk  tak bersemangat. Sekarang tangan kirinya menopang kepala Leeteuk dan tangan kanannya memegang pencil yang masih bingung mau digerakan seperti apa.
Namja bertubuh besar itu menepuk bahu Leeteuk. “Ternyata imajinasi mu payah yah?!!? Haha…” Ledek namja tersebut.
“Aisshh.. Bukannya membantu malah meledek!! Lebih baik kau pikirkan perutmu yang membuncit lagi itu…!!” tonjok Leeteuk kearah perut namja itu.
“Yah… sakit.” Keluh namja itu sambil mengusap-usap perutnya.
“HAHAHA….”
“Apanya yang lucu.. kenapa kau tertawa?!”
Leeteuk masih tertawa, sedangkan namja itu terlihat kesal dengan tingkah Leeteuk yang terus menertawakannya.
“Shindong-ssi sedang apa kau disitu. Bukannya kau masih ada kerjaan!!”
Leeteuk dan namja yang dipanggil Shindong menengok ke sumber suara yang berasal dari Zoomi, bos mereka.
“Eh bos, .” ucap Shindong salting. “Baik bos!” sesegera Shindong langsung duduk di tempatnya dan berpura-pura mengerjakan sesuatu sambil menggerutuki Leeteuk.
“Dan kau Leeteuk, ikut keruanganku..!” Zoomi berjalan di depan dan Leeteuk membuntuti di belakangnya.
Shindong menertawakan Leeteuk tanpa mengeluarkan suara, Leeteuk memandangi Shindong dengan sinis sebelum dia masuk ke rungan Zoomi.
Zoomi telah duduk dikursinya. Kedua jarinya saling terhubung dibawah dagu Zoomi dengan sikut yang menempel di meja. Ekspresinya terlihat serius seperti biasa.
“Silahkan duduk”
“Kamsahamnida..” ucap Leeteuk sopan. Dan dia akhirnya duduk.
“Kau tau kenapa aku memanggilmu kesini??”
“Apakah ini tentang pekerjaan ku…?” Tanya balik Leeteuk.
“Iya…” Ucap Zoomi seraya menyendehkan tubuhnya kekursi dan melipat tangannya didepan dada.
“…”
“Sepertinya kau masih belum mempunyai inspirasi. Padahal aku sudah memberimu waktu untuk mencari inspirasi dan memberi waktu 3 hari tidak berangkat kerja. Bagaimana kau mempertanggungjawabkan ini semua?!”
“Mianhamnida.. aku sungguh menyesal. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi….” Leeteuk merundukan kepalanya. Dia tak tau mau berkata apa lagi.
Zoomi berdiri dan berjalan kearah jendela. Dia memandangi jendela yang menghantarkan pandangannya ke kota seoul yang terlihat kecil dari runangan itu.
“Kau punya bakat menggambar yang hebat. Ku akui itu. Tapi disini bukan hanya menggambar saja yang kami butuhkan, tapi juga ide tentang apa yang ingin kau gambar. Kau adalah pembuat komik, maka kau harus bisa membuat tokoh itu dan membuat suatu alur cerita.”
Leeteuk masih merunduk. Dia menyesali pekerjaannya minggu-minggu ini.
Zoomi menghampiri Leeteuk.
“Aku tahu ayah mu bernama Hankyung. Dia sekorang pembuat komik terkenal. Seharusnya kau bisa terinspirasi dengan karya-karyanya, dan mungkin kau bisa mengembangkan salah satu karya ayah mu menjadi lebih baik lagi…”
“Arra.. tapi mungkin komik ayah ku sudah sangat sulit untuk dicari” ujar Leeteuk’
“Apakah kau tidak ingat tentang komik-komik ayahmu?” Tanya Zoomi.
Leeteuk hendak menjawab tapi Zoomi telah berbicara dulu.
“Oh ya, ayah mu mati ketika kau berumur 10 tahun ya..? bagaimana kau harus tahu tantang komik-komik ayahmu…” ucap Zoomi.
Leeteuk merasa aneh. Bagaimana Zoomi bisa tau ayahnya mati ketika dia berumur 10 tahun, bahkan ketika dia menonton berita, yang diberitakan hanyalah tentang bagaimana ayahnya terbunuh, walaupun sampai sekarang pelakunya tidak bisa ditemukan.
“Bagaimana kau tahu umurku pada saat itu?” Tanya Leeteuk.
“Apa?!!” Zoomi terlihat kaget. “Itu… itu karena.. pernah muncul diberita. Iya… aku tau itu dari berita..” Ucapnya. “Ya sudah kembalilah ke tempat kerjamu…”
Leeteuk berdiri dan membungkuk sebelum dia meninggalkan ruangan Zoomi.
“Tunggu..!” teriak Zoomi. “Ingat kata ku tadi.!”
Leeteuk terlihat bingung. Kata yang mana ya? Tanya Leeteuk dalam hatinya.
“Ye!!” Ucap Leeteuk bohong. Dia membungkuk lagi sebelum keluar ruangan.


Di ruang loby
Saat Leeteuk melewati loby dia melihat Shindong yang sedang duduk santai sambil minum kopi. Leeteuk menghampirinya.
“Kau sedang apa? Kau tidak kerja?” Tanya Leeteuk.
“Sudah ku kerjakan semua. Tidak terlalu banyak yang dicetak jadi aku bisa menyelesaikannya dengan cepat. Bagaimana dengan mu? Apakah tadi kau dimarahi bos? Hah?” Shindong terlihat senang dengan ucapannya kepada Leeteuk.
“Tidak juga.” Ucap Leeteuk santai. “Justru aku diberi nasehat” katanya bangga.
“Mana mungkin?!” shingdong terlihat kesal.
“Hahaha… apa kau tidak terima?”
“Ini lucu sekali. Kau kan belum punya inspirasi, masa bos tidak memarahimu. Jelas-jelas kerjaan mu benar-benar payah.!!”
“Enak saja..  Mungkin bos sayang kepadaku, mungkin dia sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri.”
“Hah…!! Lucu sekali..!!”
“Hahaha… kau yang lucu. Lagian mana mungkin bos tidak memarahiku dengan kerja ku yang tidak memuaskan…”
“Jadi tadi kau bohonh?!” Tanya Shindong penasaran.
“Iya.. dan kau kena.. Hahaha” Leeteuk tampak puas membohongi Shindong.
“Aishh. Sialan kau ini!!!”
“Hahaha…”
“Trus kau mau bagaimana?!” Tanya Shindong.
“Aku juga tidak tau. Tapi kata bos, mungkin aku bisa mungkin aku bisa mengembangkan karya-karya ayahku dulu..”
“Itu bagus..” kata Shindong sambil meneguk minumannya.
“Ya.. tapi masalahnya, komik ayahku sudah lama sekali. Apa kau bisa mendapatkan komik itu. aku juga tidak tau judulnya apa saja yang telah ayahku buat..” ucap Leeteuk kecewa.
“Apakah kau tidak menyimpan komik ayahmu. Dia membuat komik, pasti dia punya sketsa-sketsa dari komik-komik itu, syuku-syukur yang sudah jadi komoknya…”
Leeteuk tampak berfikir. Dia jadi teringat setelah kejadian pembunuhan itu, mereka langsung pindah dari rumah mereka. Leeteuk tidak ingat apa saja yang dia bawa. Tapi dia ingat Yesung mengemasi buku-buku ayahnya, karena dia sangat suka membaca komik, ayahnya slalu menyisahkan satu untuk Yesung.
“Kau benar..!!” ucap Leeteuk sambil menepuk bahu Shindong.
“Benar apanya?” ucap Shindong. Namun ucapan Shindong tidak digubris Leeteuk.
“Oh ya.. jika bos Tanya soal aku, bilang aku sedang mencari inspirasi..!!” Leeteuk langsung persi meninggalkan Shindong.
“Inspirasi katanya?? Hah.. Inspirasi lagi.. inspirasi lagi..” gerutu Shindong sambil menegak habis kopi itu.

Di rumah kos-kosan Leeteuk.
Leeteuk berlari kekamarnya. Dia menggeledah lemarinya. Tapi yang ditemukan hanya baju. Lalu dia menggeledah meja di kamar itu, kemudian meja diruang tengah dan juga di dapur. Namun ia tidak menemukan yang dia cari. Leeteuk teringat suatu tempat yang belum dia geledah. Mungkin dia bisa menemukannya di sana.
Di gudang. Yah.. inilah satu-satunya tempat yang belum digeledah. Dia membuka ruangan itu, ketika ia membukanya bau debu merungkupi dan menyerang cuping hidungnya. Dia mengibas-ibaskan tangannya untuk mengusir debu yang beterbangan itu.
“Kenapa disini sangat gelap sekali..” Keluh Leeteuk.
Dia membuka cendeka, sehingga secercah cahaya dapat masuh keruangan itu dan memberi sedikit penerangan. Dia mulai mencari-cari sambil menutup mulut dan hidungnya.
Dia meliha sebuah gerdus dengan tumpukan buku. Dia mengambil salah satu buku itu dan membukanya. “Ini komiknya..” kata Leeteuk girang.  Dia langsung mengangkat gerdus itu dan membawanya keluar.
Disisi lain, Yesung sedang berjalan di jalan setapak. Dia biasa melalui jalan itu untuk pulang. Baginya jalan ini lebih cepat menghantarkannya untuk pulang. Ditengah jalan ada 4 namja memakai baju putih abu-abu menghadang Yesung. Dilihat dari bet sekolahnya, sekelompok namja tadi berasal dari sekolah yang sama dengan Yesung.
“Apa kau mau lewat sini?” Tanya salah satu namja itu.
Yesung tidak kaget dengan wajah mereka karena Yesung tau siapa mereka. Tapi dia kaget karena 4 namja yang dikenal dengan geng “PALAK” itu menghadangnya. Yesung bisa menebak motif geng palak itu menghadang Yesung.
“Ye…” kata Yesung sambil merundukan kepalanya.
“Kalau gitu bayar dulu!!!”
“Tapi uangku habis. Aku tidak punya uang lagi..”
“Apa kau bilang. !!! kau tidak takut lagi sama  kami? Sampai-sampai disekolah kau tidak setor, dan saat kami menagih kau bilang UANGMU HABIS!!!” teriak salah satu geng palak itu.
“Dasar anak ingusan! Apa kau sedang berbohong kepada kami! Jangan-jangan orang tuamu mengajarimu bohong ya?” sekarang namja yang satunya lagi angkat bicara.
“Orang.. tuaku sudah tidak ada..” Yesung masih merunduk.
“HAH??” Geng palak itu terlihat terkejut.
“HAHAHA!!”  dan mereka langsung tertawa.
“Pantesan kau begitu menyedihan, ternyata kau tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tuamu yah..? hahaha”
Geng palak itu tertawa terbahak-bahak. Yesung merasa kesal dengan ejekan mereka yang bercampur aduk dengan sedih. Mendengar tawa geng palak itu membuat hati Yesung semakin merah.
Yesung mengangkat kepalanya sedikit. Dia memandang tajam geng palak yang masih tertawa itu. Aura hitam keluar dari tubuhnya. Pandangan matanya begitu mengerikan, calak yang tidak dia pakai membuat semakin terasa kalau dia beruah menjadi bad boy yang sedang marah.
Geng palak itu menyadari aura perubahan pada Yesung. Mereka berhenti tertawa. Dan memandang Yesung seram. Mereka juga merasa bulu kuduk mereka berdiri.
“Ke..ke.. ke.napa dengan mu??” Tanya salah satu anggota geng palak dengan terbata-bata.
“Kalian tidak tau diri..!!” kata Yesung  dengan penuh tekanan.
“Kalau iya. Kamu mau apa?!” namja yang ini adalah ketua dari geng palak. Dia terlihat takut dengan perubahan Yesung, tapi anak buahnya merasa merinding.
“MINGGIR..!!” teriak Yesung.
Yesung berjalan dengan kukuh. Bahkan dia menabrakkan bahunya ke bahu namja dari ketua geng itu.
Namja itu tidak terima. Dia menarik tas punggung Yesung hingga Yesung terhenti. Yesung tidak menoleh kebelakang, dia tetap berusaha jalan tapi tidak bisa. “Lepaskan!!” teriak Yesung sekali lagi.
Namja itu lalu menarik sekuat mungkin tas punggung Yesung, hingga Yesung terjatuh.
“Ah..!” pekik Yesung.
“Sakit??!!”
Namja tadi duduk diatas perut Yesung. Yesung tak berdaya lagi untuk berdiri dan melawan. Mungkin sekarang dia sudah terjebak.
“Ini akibatnya jika kau lancang melawan kami..” namja ketua geng itu mengepalkan tangannya. Anak buahnya terlihat girang bahkan mereka bersorak.. “BOS HEBAT!!”
Namja ketua geng itu melayangkan kepalan tangannya dalam slow motion. Anak buah nya merjingkrak-jingkrang dalam keadaan slow motion, dan Yesung menolehkan mukanya dalam slow motion juga.
“YAAAAAAAAAAAK……!!”
“ARRGHHHHT!!”


~TBC~


“AYO.. BOSSSS.. AYO BOSSSS…!!!”

0 komentar:

Posting Komentar

Ads 468x60px

Featured Posts Coolbthemes

© Everything....., AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena