Part sebelumnya…
Leeteuk
sadar dia sedang dipandangi Yesung dengan ekspresi menyeramkan. Leeteuk
langsung berhenti tertawa dan makan. Suasananya pun kembali hening. Hanya
terdengar mulut yang mengunyah makanan dan dentingan sendok dengan mankok
tersebut.
Chapter 2
Sudah 3
jam lebih Leeteuk duduk dan bergulat dengan buku dan pensilnya. Tapi buku itu
masih putih, dan pensil itu hanya digerak-gerakkan oleh sang pemilik. Leeteuk
mengacak-acak rambutnya, mukanya terlihat frustasi.
“Belum
punya ide?” Tanya seorang namja bertubuh besar karena kelebihan kalori di
beberapa bagian tubuhnya. Namja itu berdiri disamping Leeteuk, tangannya
menggenggam secakngkir kopi, dan matanya melirik kearah buku yang dipandangi
Leeteuk.
“Hm…”
jawab Leeteuk tak bersemangat. Sekarang
tangan kirinya menopang kepala Leeteuk dan tangan kanannya memegang pencil yang
masih bingung mau digerakan seperti apa.
Namja
bertubuh besar itu menepuk bahu Leeteuk. “Ternyata imajinasi mu payah yah?!!?
Haha…” Ledek namja tersebut.
“Aisshh..
Bukannya membantu malah meledek!! Lebih baik kau pikirkan perutmu yang
membuncit lagi itu…!!” tonjok Leeteuk kearah perut namja itu.
“Yah…
sakit.” Keluh namja itu sambil mengusap-usap perutnya.
“HAHAHA….”
“Apanya
yang lucu.. kenapa kau tertawa?!”
Leeteuk
masih tertawa, sedangkan namja itu terlihat kesal dengan tingkah Leeteuk yang
terus menertawakannya.
“Shindong-ssi
sedang apa kau disitu. Bukannya kau masih ada kerjaan!!”
Leeteuk
dan namja yang dipanggil Shindong menengok ke sumber suara yang berasal dari
Zoomi, bos mereka.
“Eh bos,
.” ucap Shindong salting. “Baik bos!” sesegera Shindong langsung duduk di
tempatnya dan berpura-pura mengerjakan sesuatu sambil menggerutuki Leeteuk.
“Dan kau
Leeteuk, ikut keruanganku..!” Zoomi berjalan di depan dan Leeteuk membuntuti di
belakangnya.
Shindong menertawakan
Leeteuk tanpa mengeluarkan suara, Leeteuk memandangi Shindong dengan sinis
sebelum dia masuk ke rungan Zoomi.
Zoomi
telah duduk dikursinya. Kedua jarinya saling terhubung dibawah dagu Zoomi
dengan sikut yang menempel di meja. Ekspresinya terlihat serius seperti biasa.
“Silahkan
duduk”
“Kamsahamnida..”
ucap Leeteuk sopan. Dan dia akhirnya duduk.
“Kau tau
kenapa aku memanggilmu kesini??”
“Apakah
ini tentang pekerjaan ku…?” Tanya balik Leeteuk.
“Iya…” Ucap
Zoomi seraya menyendehkan tubuhnya kekursi dan melipat tangannya didepan dada.
“…”
“Sepertinya
kau masih belum mempunyai inspirasi. Padahal aku sudah memberimu waktu untuk
mencari inspirasi dan memberi waktu 3 hari tidak berangkat kerja. Bagaimana kau
mempertanggungjawabkan ini semua?!”
“Mianhamnida..
aku sungguh menyesal. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi….” Leeteuk
merundukan kepalanya. Dia tak tau mau berkata apa lagi.
Zoomi
berdiri dan berjalan kearah jendela. Dia memandangi jendela yang menghantarkan
pandangannya ke kota seoul yang terlihat kecil dari runangan itu.
“Kau
punya bakat menggambar yang hebat. Ku akui itu. Tapi disini bukan hanya
menggambar saja yang kami butuhkan, tapi juga ide tentang apa yang ingin kau
gambar. Kau adalah pembuat komik, maka kau harus bisa membuat tokoh itu dan
membuat suatu alur cerita.”
Leeteuk
masih merunduk. Dia menyesali pekerjaannya minggu-minggu ini.
Zoomi
menghampiri Leeteuk.
“Aku tahu
ayah mu bernama Hankyung. Dia sekorang pembuat komik terkenal. Seharusnya kau
bisa terinspirasi dengan karya-karyanya, dan mungkin kau bisa mengembangkan
salah satu karya ayah mu menjadi lebih baik lagi…”
“Arra..
tapi mungkin komik ayah ku sudah sangat sulit untuk dicari” ujar Leeteuk’
“Apakah
kau tidak ingat tentang komik-komik ayahmu?” Tanya Zoomi.
Leeteuk
hendak menjawab tapi Zoomi telah berbicara dulu.
“Oh ya,
ayah mu mati ketika kau berumur 10 tahun ya..? bagaimana kau harus tahu tantang
komik-komik ayahmu…” ucap Zoomi.
Leeteuk
merasa aneh. Bagaimana Zoomi bisa tau ayahnya mati ketika dia berumur 10 tahun,
bahkan ketika dia menonton berita, yang diberitakan hanyalah tentang bagaimana
ayahnya terbunuh, walaupun sampai sekarang pelakunya tidak bisa ditemukan.
“Bagaimana
kau tahu umurku pada saat itu?” Tanya Leeteuk.
“Apa?!!”
Zoomi terlihat kaget. “Itu… itu karena.. pernah muncul diberita. Iya… aku tau
itu dari berita..” Ucapnya. “Ya sudah kembalilah ke tempat kerjamu…”
Leeteuk
berdiri dan membungkuk sebelum dia meninggalkan ruangan Zoomi.
“Tunggu..!”
teriak Zoomi. “Ingat kata ku tadi.!”
Leeteuk
terlihat bingung. Kata yang mana ya?
Tanya Leeteuk dalam hatinya.
“Ye!!”
Ucap Leeteuk bohong. Dia membungkuk lagi sebelum keluar ruangan.
Di ruang loby
Saat
Leeteuk melewati loby dia melihat Shindong yang sedang duduk santai sambil
minum kopi. Leeteuk menghampirinya.
“Kau
sedang apa? Kau tidak kerja?” Tanya Leeteuk.
“Sudah ku
kerjakan semua. Tidak terlalu banyak yang dicetak jadi aku bisa
menyelesaikannya dengan cepat. Bagaimana dengan mu? Apakah tadi kau dimarahi
bos? Hah?” Shindong terlihat senang dengan ucapannya kepada Leeteuk.
“Tidak
juga.” Ucap Leeteuk santai. “Justru aku diberi nasehat” katanya bangga.
“Mana
mungkin?!” shingdong terlihat kesal.
“Hahaha…
apa kau tidak terima?”
“Ini lucu
sekali. Kau kan belum punya inspirasi, masa bos tidak memarahimu. Jelas-jelas
kerjaan mu benar-benar payah.!!”
“Enak
saja.. Mungkin bos sayang kepadaku,
mungkin dia sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri.”
“Hah…!!
Lucu sekali..!!”
“Hahaha…
kau yang lucu. Lagian mana mungkin bos tidak memarahiku dengan kerja ku yang
tidak memuaskan…”
“Jadi
tadi kau bohonh?!” Tanya Shindong penasaran.
“Iya..
dan kau kena.. Hahaha” Leeteuk tampak puas membohongi Shindong.
“Aishh.
Sialan kau ini!!!”
“Hahaha…”
“Trus kau
mau bagaimana?!” Tanya Shindong.
“Aku juga
tidak tau. Tapi kata bos, mungkin aku bisa mungkin aku bisa mengembangkan
karya-karya ayahku dulu..”
“Itu
bagus..” kata Shindong sambil meneguk minumannya.
“Ya..
tapi masalahnya, komik ayahku sudah lama sekali. Apa kau bisa mendapatkan komik
itu. aku juga tidak tau judulnya apa saja yang telah ayahku buat..” ucap
Leeteuk kecewa.
“Apakah
kau tidak menyimpan komik ayahmu. Dia membuat komik, pasti dia punya
sketsa-sketsa dari komik-komik itu, syuku-syukur yang sudah jadi komoknya…”
Leeteuk
tampak berfikir. Dia jadi teringat setelah kejadian pembunuhan itu, mereka
langsung pindah dari rumah mereka. Leeteuk tidak ingat apa saja yang dia bawa.
Tapi dia ingat Yesung mengemasi buku-buku ayahnya, karena dia sangat suka
membaca komik, ayahnya slalu menyisahkan satu untuk Yesung.
“Kau
benar..!!” ucap Leeteuk sambil menepuk bahu Shindong.
“Benar
apanya?” ucap Shindong. Namun ucapan Shindong tidak digubris Leeteuk.
“Oh ya..
jika bos Tanya soal aku, bilang aku sedang mencari inspirasi..!!” Leeteuk
langsung persi meninggalkan Shindong.
“Inspirasi
katanya?? Hah.. Inspirasi lagi.. inspirasi lagi..” gerutu Shindong sambil
menegak habis kopi itu.
Di rumah kos-kosan Leeteuk.
Leeteuk
berlari kekamarnya. Dia menggeledah lemarinya. Tapi yang ditemukan hanya baju.
Lalu dia menggeledah meja di kamar itu, kemudian meja diruang tengah dan juga
di dapur. Namun ia tidak menemukan yang dia cari. Leeteuk teringat suatu tempat
yang belum dia geledah. Mungkin dia bisa menemukannya di sana.
Di
gudang. Yah.. inilah satu-satunya tempat yang belum digeledah. Dia membuka
ruangan itu, ketika ia membukanya bau debu merungkupi dan menyerang cuping
hidungnya. Dia mengibas-ibaskan tangannya untuk mengusir debu yang beterbangan
itu.
“Kenapa
disini sangat gelap sekali..” Keluh Leeteuk.
Dia
membuka cendeka, sehingga secercah cahaya dapat masuh keruangan itu dan memberi
sedikit penerangan. Dia mulai mencari-cari sambil menutup mulut dan hidungnya.
Dia
meliha sebuah gerdus dengan tumpukan buku. Dia mengambil salah satu buku itu
dan membukanya. “Ini komiknya..” kata Leeteuk girang. Dia langsung mengangkat gerdus itu dan
membawanya keluar.
Disisi
lain, Yesung sedang berjalan di jalan setapak. Dia biasa melalui jalan itu
untuk pulang. Baginya jalan ini lebih cepat menghantarkannya untuk pulang.
Ditengah jalan ada 4 namja memakai baju putih abu-abu menghadang Yesung.
Dilihat dari bet sekolahnya, sekelompok namja tadi berasal dari sekolah yang
sama dengan Yesung.
“Apa kau
mau lewat sini?” Tanya salah satu namja itu.
Yesung
tidak kaget dengan wajah mereka karena Yesung tau siapa mereka. Tapi dia kaget
karena 4 namja yang dikenal dengan geng “PALAK” itu menghadangnya. Yesung bisa
menebak motif geng palak itu menghadang Yesung.
“Ye…”
kata Yesung sambil merundukan kepalanya.
“Kalau
gitu bayar dulu!!!”
“Tapi
uangku habis. Aku tidak punya uang lagi..”
“Apa kau
bilang. !!! kau tidak takut lagi sama
kami? Sampai-sampai disekolah kau tidak setor, dan saat kami menagih kau
bilang UANGMU HABIS!!!” teriak salah satu geng palak itu.
“Dasar
anak ingusan! Apa kau sedang berbohong kepada kami! Jangan-jangan orang tuamu
mengajarimu bohong ya?” sekarang namja yang satunya lagi angkat bicara.
“Orang..
tuaku sudah tidak ada..” Yesung masih merunduk.
“HAH??”
Geng palak itu terlihat terkejut.
“HAHAHA!!” dan mereka langsung tertawa.
“Pantesan
kau begitu menyedihan, ternyata kau tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang
tuamu yah..? hahaha”
Geng
palak itu tertawa terbahak-bahak. Yesung merasa kesal dengan ejekan mereka yang
bercampur aduk dengan sedih. Mendengar tawa geng palak itu membuat hati Yesung
semakin merah.
Yesung
mengangkat kepalanya sedikit. Dia memandang tajam geng palak yang masih tertawa
itu. Aura hitam keluar dari tubuhnya. Pandangan matanya begitu mengerikan,
calak yang tidak dia pakai membuat semakin terasa kalau dia beruah menjadi bad
boy yang sedang marah.
Geng
palak itu menyadari aura perubahan pada Yesung. Mereka berhenti tertawa. Dan
memandang Yesung seram. Mereka juga merasa bulu kuduk mereka berdiri.
“Ke..ke..
ke.napa dengan mu??” Tanya salah satu anggota geng palak dengan terbata-bata.
“Kalian
tidak tau diri..!!” kata Yesung dengan
penuh tekanan.
“Kalau
iya. Kamu mau apa?!” namja yang ini adalah ketua dari geng palak. Dia terlihat
takut dengan perubahan Yesung, tapi anak buahnya merasa merinding.
“MINGGIR..!!”
teriak Yesung.
Yesung
berjalan dengan kukuh. Bahkan dia menabrakkan bahunya ke bahu namja dari ketua
geng itu.
Namja itu
tidak terima. Dia menarik tas punggung Yesung hingga Yesung terhenti. Yesung
tidak menoleh kebelakang, dia tetap berusaha jalan tapi tidak bisa.
“Lepaskan!!” teriak Yesung sekali lagi.
Namja itu
lalu menarik sekuat mungkin tas punggung Yesung, hingga Yesung terjatuh.
“Ah..!”
pekik Yesung.
“Sakit??!!”
Namja
tadi duduk diatas perut Yesung. Yesung tak berdaya lagi untuk berdiri dan
melawan. Mungkin sekarang dia sudah terjebak.
“Ini
akibatnya jika kau lancang melawan kami..” namja ketua geng itu mengepalkan
tangannya. Anak buahnya terlihat girang bahkan mereka bersorak.. “BOS HEBAT!!”
Namja
ketua geng itu melayangkan kepalan tangannya dalam slow motion. Anak buah nya
merjingkrak-jingkrang dalam keadaan slow motion, dan Yesung menolehkan mukanya
dalam slow motion juga.
“YAAAAAAAAAAAK……!!”
“ARRGHHHHT!!”
~TBC~
~TBC~
“AYO..
BOSSSS.. AYO BOSSSS…!!!”
0 komentar:
Posting Komentar